Komunitas Hong dan usaha melestarikan permainan tradisional.

Luthfi Zulkifli
3 min readNov 8, 2018

--

Indonesia dikenal sebagai bangsa multikultural yang tentunya kaya akan seni budaya. Setiap daerah memiliki seni budaya, mulai dari Sabang hingga Merauke. Salah satu bentuk budaya yang dimiliki oleh hampir semua daerah di seluruh Nusantara adalah permainan tradisional anak. Permainan ini mempunyai banyak ragam nama serta ragam cara bermain tergantung daerah dimana tradisi permainan tersebut berasal.

Permainan tradisional adalah permainan yang telah dimainkan oleh anak-anak pada suatu daerah secara tradisi. Tradisi yang dimaksud ialah bahwa permainan tersebut telah diwariskan dari generasi yang satu ke generasi berikutnya. Jadi permainan tersebut telah dimainkan anak-anak dari suatu jaman ke jaman berikutnya.

Permainan tradisional sering disebut juga permainan rakyat dan merupakan permainan yang tumbuh dan berkembang berdasar kebutuhan masyarakat setempat. Berkaitan dengan hal itu maka permainan tradisional bisa dikatakan sebagai permainan rakyat yang dimainkan anak-anak secara spontan yang tumbuh.

Menurut Ki Hadi Sukatno ada lima macam permainan tradisional. Pertama, permainan yang bersifat menirukan perbuatan orang dewasa, misalnya adalah rumah — rumahan. Permainan untuk mencoba kekuatan dan kecakapan, permainan untuk melatih panca indera, permainan dengan latihan bahasa, dan permainan dengan lagu dan irama.

Seiring berjalannya waktu, muncul perubahan yang cukup terlihat pada dunia anak-anak khususnya permainan tradisional. Makin lama permainan tradisional semakin menghilang. Kepopuleran permainan tradisional lambat laun mulai memudar. Masuknya era globalisasi disinyalir menjadi faktor utama yang membuat minat permainan tradisional menurun.

Berbagai macam usaha dilakukan baik oleh pihak pemerintah dan swasta untuk melestarikan permainan tradisional. Salah satunya yang cukup aktif dalam pelestarian adalah Komunitas Hong.

Komunitas Hong dan permainan tradisional.

Komunitas Hong pada tahun 2003 oleh M. Zaini Alif, yang sejak 1996 secara aktif meneliti mengenai mainan dan permainan rakyat. Berdasarkan penelitian itu, Komunitas Hong pun berkembang menjadi Pusat Kajian Mainan Rakyat yang bertekad melestarikan mainan dan permainan rakyat sebagai salah satu identitas bangsa.

“Pendirian Komunitas Hong sendiri dilatar belakangi oleh kekhawatiran Pa Zaini Alif terhadap semakin menurunya minat anak — anak terhadap permainan tradisional.” tutur Cecep Imansyah, koordinator Komunitas Hong.

Menyangkut permasalahan permainan tradisional di atas, Cecep berkata bahwa ada 3 faktor yang menyebabkannya. Pertama, permasalahan pendataan permainan tradisional, kedua adalah tidak ada yang mengajarkannya, dan yang ketiga adalah tidak adanya ruang untuk anak — anak bermain. “Untuk itulah Komunitas Hong didirikan. Selain menjadi tempat berkumpul, komunitas ini juga berusaha menjadi lembaga edukasi dan literasi permainan tradisional.” tambah Cecep.

Komunitas mainan rakyat ini berusaha memperkenalkan mainan rakyat juga melakukan binaan budaya bermain anak melalui beberapa promosi dan terus melakukan sosialisasi dengan aktif mengadakan pelatihan (workshop), kerja sama dengan beberapa mitra seperti lembaga pendidikan dan instansi serupa turut serta dalam berbagai event.

Selain itu, Komunitas Hong juga mengembangkan produk mainan rakyat sebagai hasil pengembangan mainan anak yang ada untuk kebutuhan dalam dunia pendidikan. Upaya promosi dan sosialisasi yang dilakukan oleh Komunitas Hong selain mampu untuk mengenalkan keberadaan komunitas ini kepada masyarakat dan instansi pemerintah maupun pihak swasta, saat ini dapat memberikan suatu peluang usaha kepada anggota Komunitas Hong agar dapat memperoleh penghasilan sendiri. Di antaranya melalui pesanan membuat mainan dan beberapa atribut kesundaan seperti pakaian dan ikat kepala, juga memenuhi undangan mengisi berbagai acara.

Akhir kata, Komunitas Hong terus melalukan upaya sosialisasi dan kerja sama dengan berbagai pihak yang mendukung keberlangsungan komnitasnya, baik dari kalangan internal maupun eksternal. Jalinan komunikasi tersebut penting artinya bagi keberlangsungan kegiatan komunitas dalam mempertahankan kelestarian budaya maupun memberikan pendidikan kepada anak-anak mengenai nilai-nilai positif dalam mainan dan permainan rakyat yang berlandaskan kearifan lokal masyarakat setempat.

--

--